CyberTNI.id | JAKARTA,Minggu (19/10/2025) — Program Makan Bergizi Gratis (MBG), para Elit BGN diduga Ikut bermain – main Terstruktur ,Masif dan Sistematis Akses Portal pendaftaran online jalur Yayasan ,biaya bangun dapur Mandiri anggaran besar di sertai Pembelian wajib alat masak dan Kotak Makanan fodtray ,Mobil Pendistribusian ke sekolahan ,Kondisi yang terjadi paling dinanti, kini menghadapi ujian kepercayaan publik. Anggaran Rp 171 triliun, yang disebut-sebut untuk membenahi gizi dan memberdayakan UMKM, justru menuai sorotan yang tajam.
Masalahnya bukan hanya pada besarnya angka, melainkan juga pada carut-marut pelaksanaannya di lapangan.
Anggaran Fantastis vs Realita Pahit
Publik menganalisis keadilan alokasi dana MBG.
Bandingkan dengan nasib rakyat kecil dan Pasar rakyat sekarang sepi mahalnya beras.telor dan daging ayam (sembako) Kebutuhan hidup sehari -hari. Kecurigaan Korupsi belanja barang pun muncul: apakah program ini menyedot APBN secara tak proporsional.
Di lapangan, masalah mendasar justru terletak pada tata kelola.
Laporan keracunan massal, seperti yang menimpa lebih dari 1.000 siswa di Kabupaten Bandung Barat, Yogyakarta,Magetan.Ngawi,Tulungagung, Nganjuk,menjadi bukti rapuhnya sistem.
Jika jaminan higienes SLHS saja tak mampu dipenuhi, bagaimana program sebesar ini bisa dipertahankan?
Beban juga bertumpu pada guru dan sekolah. FSGI mencatat banyak guru yang “dipaksa” menjadi pencicip makanan tanpa kapasitas memadai. Sekolah pun sering menanggung biaya tambahan untuk peralatan. Negara yang dinilai melemparkan tanggung jawab kepada pihak yang seharusnya mendapat manfaat.
Dukungan Publik yang Rapuh
Survei Populi Center pada Februari 2025 menunjukkan 70% masyarakat mendukung MBG.
Namun, dukungan ini masih rapuh lebih didasari harapan, bukan hasil nyata. Kekhawatiran lainnya adalah program politisasi.
Dukungan kuat dari basis pendukung pemerintah berpotensi mengubah MBG menjadi proyek partisan, yang nasibnya bergantung pada siapa yang berkuasa dan memiliki Modal biaya langsung dapur 1234.lokasi dapur kalilumbu desa sidorejo kecamatan Kebonsari kabupaten Madiun Provinsi jawa timur
Belajar dari Negeri Lain
Indonesia tak sendirian. Brasil dan India memiliki program serupa yang bertahan lama. Kunci suksesnya terletak pada pengawasan ketat, partisipasi komunitas, dan konsistensi standar gizi. Tanpa fondasi yang kuat, MBG mudah kehilangan legitimasi.
Menuju Perbaikan
Pemerintah perlu segera membenahi sejumlah hal:
1. Legitimasi Hukum: Melembagakan MBG melalui undang-undang agar tidak tergantung dinamika politik.
2. Pengawasan Ketat: Membangun sistem pengawasan independen dan audit transparan untuk mencegah terulangnya kasus keracunan.
3. Pemberdayaan UMKM yang Nyata: transaksi keterlibatan pelaku lokal dengan sertifikasi higienitas.
4. Komunikasi Transparan: Menyajikan data pencapaian gizi, penurunan stunting, dan dampak ekonomi secara terbuka kepada masyarakat, terutama bagi kelompok masyarakat yang lebih kritis.
5. Partisipasi masyarakat dan gerakan sosial dukungan sekitar
Pada akhirnya, MBG adalah ujian besar bagi pemerintah.
Bukan sekadar ujian teknis mendistribusikan makanan, melainkan ujian politik: mampukah mereka mengubah janji populis menjadi kebijakan berkelanjutan? Jika serius diperbaiki, MBG berpotensi menjadi warisan penting.
Jika dibiarkan berjalan ugal-ugalan, ia hanya akan menjadi simbol mahalnya harga sebuah populisme yang gagal,(Nang)