Adang Sega Tahun Dal

CyberTNI.id |SOLO – Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat

adicara adang sega taun dal digelar dalam rangka memperingati Grebeg Maulud, yang dilakukan setiap delapan tahun sekali sesuai penanggalan Jawa ( taun dal )

Bagi warga yang tinggal di Surakarta tentu pernah mendengar tentang pusaka Dandang Kyai Dudo, yaitu pusaka andalan Kesunanan Surakarta.

Senin (28/7/2025)

Dandang tersebut di pergunakan hanya satu windu sekali(8 tahun). Dalam upacara sekaten di tahun dal dan yang istimewa adalah hanya sinuwun atau raja sendiri yang menanak nasi mempergunakan dandang Kyai Dudo tersebut.

Dalam riwayatnya, dandang Kyai Dudo adalah peninggalan dari Joko Tarub. Joko Tarub sendiri dalam cerita rakyat adalah seseorang yang beristrikan seorang bidadari yang bernama Nawang Wulan( Mitos atau fakta?). Dan karena dia adalah seorang bidadari maka memiliki keistimewaan, yaitu Dewi Nawangwulan dapat memasak nasi untuk berapapun orang hanya dengan seuntai padi, dan alat yang di pergunakan untuk menanak nasi adalah Dandang Kyai Dudo ini.

Dalam perkawinannya dengan Nawangwulan, Joko Tarub (Ki Ageng Tarub) menurunkan seorang puteri bernama Nawangsih, yang setelah dewasa di peristri oleh putra raja Majapahit yang bernama Raden Bondan Kejawen. Raden Bondan Kejawen kemudian menggantikan kedudukan Ki Ageng Tarub dan bergelar Ki Ageng Lembu Peteng. Dari keturunan Bondan Kejawen-lah yang merupakan nenek moyang raja-raja Surakarta dan Yogyakarta hingga saat ini.

Uba rambe yang dipergunakan untuk melakukan prosesi 8 tahunan ini. semua serba khusus. Salah satunya adalah penutup dandang (kekep) yang terbuat dari tanah liat haruslah baru, karena dalam prosesi Adang Tahun Dal dengan menggunakan Dandang Kyai Dudo kekep nya hanya sekali pakai.

Begitu pula perlengkapan lainnya, seperti kukusan, siwur, centong, dan lain sebagainya. Semua hanya dipakai dalam satu kali upacara.

Sedangkan tanah liatnya pun bukan sembarangan, asal tanah liat saja untuk dipakai kekep, tanah liat tersebut haruslah diambilkan dari bebera tempat, yakni dari Demak, Boyolali dan Selo.

Adapun pembuatnya pun, harus abdi dalem yang memang khusus membuat gerabah dan disertai upacara. Sejak mulai membentuk tanah liat sampai membakarnya.

Air yang digunakan untuk memasak nasi juga berasal dari beberapa tempat yaitu Pengging, Mungup, Canawelang dan Jolotundo.

Kayu bakarnyapun berasal dari beberapa tempat. Tungku untuk memasak nasi yang terletak di dapur kerajaan Gondorasan, juga dibuat yang baru.

Adang Tahun Dal atau tradisi adang sego sudah mulai berlangsung sejak masa pemerintahan PB II. Tepatnya, setelah keraton pindah dari Kartasura ke Solo, seperti kedudukannya saat ini.

Sri Susuhunan Paku Buwono XII bersama ibundanya, yaitu GKR Paku Buwono XI sedang berada di Dalem Gondorasan untuk melakukan tradisi adang tahun dal.

(Nang)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *