CyberTNI.id|TULUNGAGUNG, Senin 08 September 2025 — Sosok Kacung, pemilik bengkel otomotif UD K-Cunk Motor, belakangan ini memang tak pernah absen dari sorotan publik. Ia viral bukan karena prestasi bisnis atau kontribusi sosial, melainkan karena gaya hidup uniknya yang penuh kontroversi: hidup harmonis dengan dua istri sekaligus, dan tak segan-segan memamerkan kemesraan mereka di media sosial. Netizen menjulukinya “Sultan Poligami”, dan seolah menjadikan kehidupan pribadinya sebagai reality show yang tak ada habisnya untuk diikuti.
Namun, minggu ini, dunia maya dibuat terkejut dengan kemunculan episode baru yang benar-benar berbeda. Jika sebelumnya publik hanya disuguhi kisah cinta tak biasa dan parade romantisme tiga arah, kini ceritanya meloncat jauh ke wilayah yang lebih kelam dan serius: dugaan tambang ilegal dan perusakan lingkungan.
Pada Senin, 8 September 2025, Kacung—yang nama aslinya adalah Suryono Hadi Pranoto—resmi digugat oleh organisasi lingkungan Lush Green Indonesia (LGI) di Pengadilan Negeri Tulungagung, Jawa Timur. Gugatan ini tidak main-main. Ia tidak hanya diseret sebagai individu, tetapi juga bersama perusahaan miliknya dan dua kepala desa, yang membuka dugaan adanya kolaborasi sistemik dalam aktivitas tambang ilegal yang merusak ekosistem lokal.
LGI menuding bahwa aktivitas tambang ilegal yang diduga dijalankan oleh Kacung dan kroninya telah menyebabkan kerusakan lingkungan yang masif, merusak daerah aliran sungai, merampas ruang hidup warga, dan menimbulkan dampak ekologis yang berjangka panjang. Ini bukan lagi soal cinta segitiga atau harta gono-gini, tapi soal masa depan lingkungan yang terancam karena kerakusan segelintir orang.
Dengan ancaman hukuman maksimal 10 tahun penjara, nasib “Crazy Rich Tulungagung” ini kini benar-benar di ujung tanduk. Drama yang sebelumnya terasa glamor dan sensasional, kini berubah menjadi tragedi hukum dan lingkungan yang nyata.
Ironisnya, di saat ia sibuk mengukir citra rumah tangga ideal di Instagram—lengkap dengan caption manis dan video harmonis bersama dua pendamping hidupnya—di balik layar, ia justru diduga ikut serta “menghancurkan” harmonisasi alam yang jauh lebih penting.
Netizen pun ramai-ramai menyebut ini sebagai plot twist terbesar tahun ini. Dari isu poligami ke isu ekologi, dari unggahan romantis ke sidang perdata. Dunia maya yang tadinya hanya bergelut pada soal moralitas rumah tangga, kini bergeser ke perdebatan soal kejahatan lingkungan dan penyalahgunaan kekuasaan di daerah.
Apakah ini akhir dari kisah viral sang Sultan Poligami? Atau justru awal dari sebuah pembongkaran praktik kotor yang selama ini tersembunyi di balik gemerlap konten?
Yang jelas, “episode” kali ini jauh lebih berat dari sekadar drama rumah tangga. Ini adalah cermin keras bagi publik, tentang bagaimana pencitraan bisa menutupi kenyataan, dan bagaimana kekuasaan lokal bisa digunakan untuk kepentingan yang justru merusak kehidupan bersama.
(Nang)
—
Bila Anda ingin versi untuk media sosial atau format berita daring yang lebih singkat namun tetap men
ggigit, saya juga bisa bantu.












