DUA MACAM, SATU JIWA: PSHT & PSHW RANTING NGRAYUN TUNJUKKAN KEKOMPAKAN DI HARI KEMERDEKAAN

CyberTNI.id | Sendang, Ngrayun – Semarak peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80 di Desa Sendang, Kecamatan Ngrayun, Kabupaten Ponorogo, berlangsung meriah dan penuh makna. Namun dari sekian banyak momen yang terjadi, satu pemandangan luar biasa patut menjadi sorotan utama: hadirnya dua perguruan besar pencak silat, Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) dan Persaudaraan Setia Hati Winongo (PSHW) dalam satu barisan, satu semangat, satu tujuan – memperingati kemerdekaan dengan damai dan penuh persaudaraan.

Kehadiran kedua perguruan silat ini dalam upacara resmi di Lapangan Pagersari, Desa Sendang, bukan hanya sekadar simbol partisipasi, melainkan pernyataan sikap. Bahwa di tengah dinamika yang kadang mewarnai hubungan antar perguruan, semangat guyub rukun dan cinta tanah air tetap menjadi fondasi utama yang menyatukan.

Para pendekar muda dari PSHT dan PSHW, dengan atribut kebesaran masing-masing, berbaris rapi sejak pagi. Tidak ada sekat. Tidak ada rivalitas. Yang ada hanyalah semangat membara untuk menghormati perjuangan para pahlawan dan menjaga warisan nilai-nilai luhur bangsa, termasuk melalui jalur budaya seperti pencak silat.

 

Pencak Silat Bukan Hanya Warisan, Tapi Jalan Hidup

Keterlibatan aktif dua perguruan ini bukan hanya sebuah seremoni. Ini adalah ekspresi nyata bahwa pencak silat bukan sekadar seni bela diri, tetapi juga jalan hidup – yang menjunjung tinggi kehormatan, persaudaraan, dan nasionalisme.

Baik PSHT maupun PSHW sama-sama berakar pada nilai-nilai Setia Hati, yang mengajarkan bahwa seorang pendekar sejati adalah dia yang mampu menaklukkan ego, menjaga sikap, dan memberi manfaat bagi sesama. Dalam momentum kemerdekaan ini, nilai-nilai itu muncul ke permukaan dengan sangat jelas.

Dengan berjalan berdampingan dalam satu upacara, mereka menunjukkan bahwa pencak silat bukan alat pemisah, melainkan jembatan penyatu. Bahwa perbedaan warna sabuk atau nama perguruan bukan alasan untuk saling menjatuhkan, melainkan kesempatan untuk saling menguatkan dalam bingkai kebhinekaan.

Sinergi yang Patut Dicontoh

Kekompakan antara PSHT dan PSHW Ranting Ngrayun ini patut menjadi contoh bagi wilayah lain. Langkah konkret seperti ini mampu meredam potensi konflik, sekaligus menunjukkan kepada generasi muda bahwa pendekar adalah agen perdamaian, bukan pemicu perpecahan.

Banyak masyarakat yang menyaksikan upacara mengaku terharu melihat kebersamaan kedua perguruan. Ini menjadi bukti bahwa ketika masing-masing pihak mengedepankan nilai luhur dan saling menghormati, maka ruang untuk gesekan akan tertutup rapat.

 

Momen Sejarah di Tanah Sendang

Upacara yang berlangsung khidmat di Lapangan Pagersari ini bukan hanya mencatat sejarah dalam buku administrasi desa, tapi juga dalam hati masyarakat yang hadir. Bahwa untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir, dua kekuatan besar silat lokal dapat duduk dan berdiri bersama tanpa sekat.

Ini adalah bukti bahwa nilai setia hati bukan sekadar slogan, tetapi nyata dalam tindakan.

 

Harapan ke Depan

Pihak desa, tokoh masyarakat, dan berbagai elemen pemerintahan menyambut baik kolaborasi ini. Diharapkan, sinergi antara PSHT dan PSHW ini bisa berlanjut tidak hanya dalam upacara, tapi juga dalam kegiatan sosial, kemanusiaan, dan pelestarian budaya.

Kemerdekaan adalah tentang bagaimana kita hidup merdeka dari kebencian, dari prasangka, dan dari ego sektoral. Dan kedua perguruan ini telah membuktikan bahwa mereka siap menjadi bagian dari bangsa yang besar – bangsa yang mampu mengelola perbedaan menjadi kekuatan.

Hari ini, di Desa Sendang, kita tidak hanya memperingati kemerdekaan Indonesia. Kita juga menyaksikan kemerdekaan hati, kemerdekaan pikiran, dan kemerdekaan untuk bersatu dalam keberagaman.

MERDEKA!

(david)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *