LASEM KOTA PELABUHAN STRATEGIS DAN PUSAT PEMBUATAN KAPAL BERKUALITAS

CyberTNI.id|REMBANG, Sabtu 16 Agustus 2025 – Lasem, sebuah kota di pesisir utara Jawa, lebih dari sekadar nama dalam sejarah; ia adalah episentrum peradaban maritim yang telah membentuk identitas Jawa selama berabad-abad.

Tradisi galangan kapal di Lasem bukan sekadar catatan usang, melainkan kisah ketahanan dan adaptasi yang membentang dari era Majapahit, Demak, hingga menembus hegemoni kolonial dan pendudukan Jepang, lestari hingga kini.

Karakter maritim yang kuat, berpadu dengan akar agraris yang mendalam, memang selayaknya disematkan pada masyarakat Jawa, dan Lasem adalah salah satu bukti nyatanya.

Jauh sebelum era modern, pada masa keemasan Majapahit, Lasem telah memancarkan pesona sebagai kota pelabuhan strategis dan pusat pembuatan kapal yang disegani.

Catatan kuno seperti Negarakertagama dan Serat Badra Santi (1479) menyebutkan Lasem sebagai tanah perdikan sejak tahun 1351 Masehi, dengan Bhre Lasem yang termasyhur bernama Dewi Indu, keponakan Raja Hayam Wuruk.

Suaminya, Panglima Angkatan Laut Majapahit, Rajasa Wardana, bahkan secara langsung memimpin galangan kapal di Desa Dasun, Lasem. Tidak hanya itu, ketersediaan melimpah kayu jati berkualitas dari wilayah selatan Rembang yang dahulunya merupakan bagian tak terpisahkan dari Lasem menjadi tulang punggung industri ini, memungkinkan produksi kapal-kapal besar yang menjadi urat nadi ekonomi maritim Majapahit melalui pelabuhan-pelabuhan vital seperti Regol dan Kaeringan.

Estafet kejayaan maritim Lasem berlanjut ke era Kesultanan Demak. Desa Dasun, yang telah menjadi galangan kapal terkemuka sejak Majapahit, kembali membuktikan kapasitasnya sebagai produsen kapal andalan.

Sekitar seratus kapal laut Demak, hasil tangan-tangan terampil pengrajin Lasem, turut serta dalam ekspedisi penting ke Malaka guna menghadapi kekuatan Portugis. Peran strategis ini menegaskan kembali posisi Lasem sebagai simpul krusial dalam jaringan kekuasaan dan ambisi maritim Nusantara, menunjukkan bagaimana tradisi lokal dapat menjadi pilar kekuatan regional.

Keberlangsungan tradisi maritim Lasem tak surut meski dihadapkan pada pembatasan oleh Mataram dan kemudian kebijakan kolonial Belanda. Bahkan, menurut Peter Boomgaard dalam Children of the Colonial State, sebelum kedatangan Belanda, Lasem dan Rembang memang telah menjadi pusat galangan kapal dengan lebih dari 500 pekerja, sebuah fakta yang membuktikan skala industri ini.

Puncaknya terjadi pada masa pendudukan Jepang, ketika galangan kapal di Dasun mengalami ekspansi luar biasa. Puluhan ribu pekerja dikerahkan untuk membangun ratusan kapal setiap tahunnya 300 unit pada 1942, 127 unit pada 1943, dan 343 unit dari target 700 unit pada 1944 semuanya didedikasikan untuk mendukung logistik perang Pasifik. Ini membuktikan vitalitas tak tergoyahkan tradisi maritim Lasem dalam menghadapi berbagai zaman dan kepentingan.

Keberadaan Lasem sebagai pusat maritim kuno bukan sekadar narasi lisan, melainkan didukung oleh bukti-bukti arkeologis yang tak terbantahkan. Penemuan situs perahu kuno terlengkap di Asia Tenggara pada tahun 2008 di Desa Punjulharjo, dekat Lasem, merupakan validasi konkret bahwa daerah ini dulunya adalah pelabuhan penting yang ramai. Selain itu, jejak-jejak berupa dok kapal dan fondasi galangan kuno masih dapat disaksikan hingga kini di Lasem, menjadi saksi bisu eksistensi panjang industri maritim yang mengakar kuat dalam identitas wilayah tersebut.

Dengan demikian, semua klaim yang diajukan bahwa Lasem adalah kota pelabuhan dan pusat pembuatan kapal sejak era Majapahit, yang melibatkan Bhre Lasem (Dewi Indu) dan memanfaatkan kayu jati Rembang sebagai bahan baku utamanya, serta berperan krusial dalam ekspedisi Demak ke Malaka, dan terus bertahan hingga era kolonial dan Jepang semuanya memiliki fondasi historis yang kuat dan terbukti secara akurat.

Lasem bukan hanya sekadar kota dalam legenda, melainkan pusat maritim multi-era yang nyata, sebuah simbol ketahanan budaya dan identitas yang terus berdenyut di jantung Jawa, mengukuhkan karakter maritim dan agraris yang selayaknya disematkan pada masyarakat Jawa.

Jelajahi sejarah ketahanan budaya dari Majapahit hingga kini. Bukti nyata identitas maritim Jawa.

(Nang)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *