CyberTNI.id | Demak , 14 Agustus 2025 – Di saat banyak pengusaha muda berlomba menonjolkan citra mewah dan glamor, Mas Mudi justru hadir sebagai anomali. Namanya memang belum banyak terdengar di headline media nasional, namun sepak terjangnya dalam dua arena yang jarang bersinggungan intelijen media dan dunia usaha konstruksi menjadikannya figur yang layak diperhitungkan.
Berawal dari ranah investigasi jurnalistik di CyberTNI.id, sebuah platform informasi publik berbasis komunitas, pria yang akrab disapa “Mas Mudi” ini membuktikan bahwa keberpihakan pada kepentingan rakyat tak hanya bisa diwujudkan melalui kritik, tapi juga aksi nyata. Melalui perusahaannya, CV Ibrahim Maju Jaya, ia membangun jalan, memperbaiki gedung, hingga menyuplai material untuk proyek-proyek yang tak tersentuh perusahaan besar.
Aktivisme dan Intelijen: Awal Perjalanan
Mas Mudi bukanlah anak konglomerat, bukan pula jebolan korporasi besar. Kariernya dimulai dari lorong-lorong sunyi dunia jurnalistik investigasi. Di CyberTNI.id, ia dikenal sebagai personel “lapangan dalam bayangan” tim intelijen yang tak hanya menulis laporan, tetapi juga menelusuri praktik korupsi, penyalahgunaan anggaran, dan kebijakan publik yang menyeleweng.
“Banyak yang takut menyentuh ranah sensitif. Tapi di CyberTNI, kami percaya bahwa informasi harus tajam dan berpihak pada rakyat,” ujar Mas Mudi dalam wawancara khusus dengan redaksi Jatam.
Kepiawaiannya dalam mengendus pola, membaca situasi politik lokal, dan membongkar jaringan kepentingan membuatnya disegani bahkan oleh pihak-pihak yang dulu kerap menyebut media sebagai musuh pembangunan.
Namun dari balik layar intelijen media inilah, benih baru mulai tumbuh: keinginan untuk membangun, secara literal.
Mendirikan CV Ibrahim Maju Jaya: Dari Nalar Kritis ke Aksi Nyata
Tahun 2021, di tengah kemelut pandemi dan stagnasi ekonomi, Mas Mudi diam-diam mendirikan CV Ibrahim Maju Jaya. Perusahaan ini bergerak dalam bidang jasa konstruksi, renovasi bangunan, dan pengadaan material proyek. Tak ada peluncuran mewah, tak ada pesta peresmian—hanya niat dan kerja.
“Saya bosan hanya mengkritik proyek yang dikerjakan setengah hati. Saya ingin menunjukkan bahwa ada cara membangun dengan etika dan hati,” katanya.
CV Ibrahim Maju Jaya tak tumbuh di kota besar. Justru dari wilayah pinggiran, perusahaan ini mengukuhkan pijakannya: membangun gedung serbaguna di desa terpencil, memperbaiki fasilitas sekolah di kawasan terisolir, dan menjadi mitra konstruksi bagi proyek-proyek pemerintah desa yang kerap dikesampingkan oleh kontraktor mapan.
Prinsipnya jelas: transparansi, kualitas kerja, dan pemberdayaan lokal.
Melawan Arus: Etika Bisnis dan Jejak Sosial
Saat banyak pengusaha bermain mata dengan proyek pemerintah demi margin besar, Mas Mudi mengambil jalan berbeda. Ia membuka seluruh laporan proyeknya kepada publik desa, mengajak warga terlibat dalam proses pembangunan, dan secara rutin menggelar audit terbuka di forum warga.
Langkah ini bukan tanpa risiko. Beberapa proyek sempat ditahan karena sikapnya dianggap “tidak fleksibel”. Tapi ia tetap teguh.
“Saya lebih baik kehilangan proyek, daripada kehilangan integritas,” tegasnya.
Etika inilah yang menjadi benang merah antara pekerjaannya di dunia intelijen media dan bisnis. Keduanya dijalani dengan sikap skeptis terhadap kekuasaan, dan keberpihakan pada akuntabilitas publik.
Pembangunan dari Pinggiran: Visi Jangka Panjang
CV Ibrahim Maju Jaya kini tengah menangani proyek-proyek strategis berskala kecil-menengah di kawasan kabupaten dan desa yang sebelumnya tak tersentuh pembangunan modern. Bukan hanya membangun fisik, perusahaan ini juga menanamkan sistem: pelatihan tukang lokal, sistem logistik berbasis koperasi desa, dan pengelolaan anggaran partisipatif.
“Banyak pengusaha ingin cepat besar di kota. Saya memilih lambat tapi kuat dari desa,” ujar Mas Mudi.
Baginya, desa adalah tempat lahirnya kemandirian. Ketika infrastruktur desa membaik, maka kualitas hidup, pendidikan, dan ekonomi lokal akan ikut terangkat.
Penutup: Sosok yang Tak Banyak Bicara, Tapi Banyak Bergerak
Di dunia yang bising oleh branding dan pencitraan, Mas Mudi berjalan dalam diam. Ia tak memiliki akun media sosial pribadi yang aktif, tak tampil di layar televisi, dan jarang muncul dalam seminar bergengsi. Tapi bagi warga desa yang kini memiliki jalan layak, sekolah berdinding bata, atau aula desa yang kokoh, nama Mas Mudi dan CV Ibrahim Maju Jaya adalah harapan yang menjadi nyata.
Ia adalah contoh bahwa perubahan tak harus dimulai dari atas. Dan bahwa media dan bisnis, jika digerakkan dengan hati nurani, bisa menjadi senjata ganda dalam melawan ketimpangan.
Red_team