Puluhan Sopir Truk Diduga Jual Tanah Bekas Galian Proyek Perbaikan Jalan

CyberTNI.id | MADIUN,Senin (8/12/2025) — Puluhan sopir truk yang terlibat pengerjaan proyek perbaikan jalan di wilayah Kabupaten Madiun, Jawa Timur, diduga berbuat kurang ajar, menjual tanah bekas galian kepada para penduduk sekitarnya.

Dari praktik itu, para sopir truk yang sekongkol sama dengan pelaksana proyek di lapangan meraup keuntungan mencapai puluhan juta rupiah.

Perilaku slintat-slintut itu sempat dipergoki dua jurnalis lokal, P dan Y, yang tengah melintas di area proyek tersebut

Keduanya mengaku memperoleh keterangan dari sejumlah warga desa, yang membeli tanah bekas galian itu seharga Rp. 150 ribu/dump truk. Terkait itu kedua jurnalis mengaku memiliki bukti rekaman video, foto serta rekaman keterangan warga pembeli tanah bekas galian.

Kedua jurnalis yang mencurigai adanya keganjilan proyek tersebut saat ditemui wartawan.

Menjelaskan, proyek itu mengerjakan perbaikan ruas jalan antara Desa Mojopurno – Desa Dimong, Kecamatan Wungu. Perbaikan ruas jalan sepanjang 5,5 kilometer itu melintasi delapan desa yang berada di wilayah Kecamatan Wungu, masing-masing Desa Mojopurno, Mojorayung, Nglanduk, Nglambangan, Dempelan, Sobrah, Sirapan dan Desa Dimong.

Disebutkannya, proyek nasional dengan topangan anggaran APBN Tahun 2025 senilai Rp. 24 miliar dengan skema program Inpres Jalan Daerah (IJD) itu dikerjakan PT. Bhakti Tama Persada, Tuban, dalam periode kalender Oktober hingga akhir Desember 2025. Sedangkan jenis pengerjaannya meliputi pelebaran jalan, pembangunan drainase, talud serta overlay aspal dua lapis.

“Saya sempat wawancara dengan sejumlah warga yang mengaku membeli tanah bekas galian tersebut. Mereka bilang, harganya lebih murah jika dibanding membeli pada galian C. Saya memotret, mengambil audio visual dan merekam wawancara. Dan ini akan kami konfirmasikan kepada PUPR pusat sebagai sumber proyek,” cetus P dan Y.

Diungkapkan lebih detil, dua orang warga Desa Nglanduk.dan Dempelan, Rasyid dan Suwarni, pihaknya berani membeli material bekas galian proyek itu lantaran harganya lebih murah. Pembeli cukup membayar Rp. 150 ribu/dump truk, dan itu lebih murah jika dibandingkan membeli di galian C seharga Rp. 300 ribu/dump truk,

“Saya ya berani membeli wong harganya lebih murah. Cuma Rp. 150 ribu/dump truk. Dengan harga segitu, saya disuruh menyediakan kopi dan makanan ringan. Tanahnya bangus untuk urug hamalan rumah saya. Saya sudah menghabiskan 7 rit, Mas,” tutur Rasyid kepada P dan Y.

Menurut kedua jurnalis itu, sebagaimana diketahuinya, material bekas galian proyek yang dibiayai pemerintah/APBN itu menjadi aset negara, yang pembersihan dan pembuangannya sudah dianggarkan (disposal). Terkait itu, pembuangan tanah bekas galian diarahkan ke lapangan atau dibagikan secara cuma-cuma, sebagai tanah urug kepada masyarakat yang membutuhkan.

Dengan begitu, penjualan tanah bekas galian proyek pemerintah yang tanpa melalui prosedur jelas, katanya, akan menimbulkan potensi terjadinya korupsi.

Lebih lanjut dikatakan, dia sempat menanyakan kepada sopir dump truk, kemana akan membersihkan tanah bekas galian tersebut. Diperoleh keterangan, semua material akan dibuang ke Tempat Penimbunan Tanah (TPT) yang berada di wilayah Desa Mojopurno kecamatan Wungu Kabupaten Madiun Provinsi jawa timur.

Namun saat dilakukan penguntitan oleh kedua jurnalis itu, sopir dump truk tidak mengarahkan laju kendaraannya ke lokasi sebagaimana dikatakannya, melainkan justru menuju rumah warga yang membeli material tersebut.

Sementara Direktur PT. Bhakti Tama Persada, Asep Supriadi, yang dimintai konfirmasi melalui pesan pendek terkait hal itu tidak memberikan jawaban substansif. Dia meminta agar jurnalis menghubungi Dianto, penanggung jawab lapangan, yang berada di lokasi proyek.

“Coba sampean hubungi Mas Dianto. Soale dia yang berkepentingan,” ujarnya singkat.

Sedangkan Dianto yang ditunjuk untuk menjawab pertanyaan jurnalis, juga tidak menjawab pokok pertanyaan. Bahkan, dia malah menanyakan tentang konfirmasi jurnalis kepada direktur PT. Bhakti Tama Persada.

“Sampean apa baru saja bertanya lewat whatsapp kepada Pak Asep (Supriadi, direktur PT. Bhakti Tama Persada)? Owalah,” tanya Dianto. (Nang)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *